Friday 27 December 2024

Hujan Tak Halangi Caleg NasDem Blusukan

HUJAN yang mengguyur kawasan Keluarahan Kunciran Jaya, Kecamatan Pinang Kota Tangerang di malam hari 23 Desember 2013 lalu, tidak menyurutkan niat para caleg NasDem untuk blusukan bertemu dan berdialog langsung dengan masyarakat.

Malam itu tiga caleg NasDem: Hermawi F Taslim (Caleg DPR RI Dapil III Tangerang Raya),Yulia Nurul Hasanah (Caleg DPRD Provinsi Dapil Tangerang Kota) dan Husrini Hamzah (Caleg DPRD Kota Tangerang, Dapil Pinang-Cipondoh), menelusuri sebagian besar kawasan Kunciran Jaya untuk menyapa dan berdialog dengan masyarakat guna mendapat masukan/aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh, bukan rekayasa belaka.

Hal itu dilakukan, ujar Yulia, sesuai dengan amanat Ketua Umum DPP Partai NasDem Surya Paloh agar para caleg membekali diri dengan aspirasi rakyat yang diperoleh secara langsung dalam dialog lewat silaturahmi.

Pada kesempatan tersebut, Hermawi Taslim menandaskan bahwa memilih wakil rakyat itu seperti memilih suami atau istri. “Jadi prinsipnya masyarakat harus bertemu langsung dengan caleg untuk mengukur bibit, bobot, dan bebet sebelum menjatuhkan pilihan.”

Menurut Taslim, adalah keliru jika masyarakat memilih hanya berdasarkan kartu nama, stiker, dan baliho/spanduk, karena semua alat peraga tersebut tidak bisa diajak berdialog, sebab sangat mungkin masyarakat akan tertipu karena tidak mengetahui dan tidak mengenal caleg tersebut.

Wakil Ketua Badan Advokasi Hukum (BAHU) DPP Partai NasDem tersebut berpesan agar pada Pemilu 2014 para pemilih tidak lagi mendasarkan pilihannya pada alat-alat peraga, namun memilih calon yang dikenal, mau datang berdialog dan punya kemampuan menyalurkan aspirasi warga.

Selama blusukan tersebut terungkap ada tiga masalah yang dialami warga Kunciran Jaya yang telah bersifat akut, lama dan cenderung tidak tertangani, baik oleh masyarakat maupun pemerintah. Ketiga masalah tersebut adalah:

1. Kesempatan kerja yang semakin sulit diperoleh, sehingga sebagian besar warga Kunciran Jaya mengandalkan profesi tidak tetap sebagai kuli bangunan.

2. Pembuangan sampah yang belum ada penampungannya, sehingga masyarakat terpaksa membuang sampah di mana pun memungkinkan, akibatnya bau tidak sedap dan kebersihan lingkungan sering timbul.

3. Pendidikan, meskipun uang sekolah telah dibebaskan, warga masih sangat diberatkan oleh berbagai kutipan dan pembelian perlengkapan seperti pakaian olahraga, baju batik, baju seragam, buku-buku dan perlengkapan lainnya yang harganya semakin tidak terjangkau.

Malam semakin menjelang. Setelah ditutup dengan doa oleh Husrini Hamzah, para caleg berpamitan. Para caleg kemudian kemudian diantar warga (jumlahnya  sekitar 60) hingga ke jalan besar disertai lambaian tangan, bukan lambaian perpisahan, tapi lambaian perjuangan menuju Restorasi Indonesia.[]