News
Saturday, 5 October 2024

NasDem Minta KPU Kreatif Tekan Angka Golput


JAKARTA (5 Oktober): Fenomena Golongan Putih (Golput) dalam proses pemilu di Indonesia semakin parah yang ditandai dengan rendahnya tingkat partisipasi masyarakat menggunakan hak pilih dalam pemilu. Gejala itu sangat kentara pada partisipasi masyarakat dalam setiap pemilukada. Karena itu KPU harus kreatif sehingga masyarakat kian tertarik menggunakan hak pilih dan dengan demikian angka golput pun bisa ditekan.

Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai NasDem, Ferry Mursyidan Baldan mengatakan bahwa fenomena golput merupakan problem laten dari tahapan demokrasi di negeri ini. Beberapa faktor diyakini menjadi penyebab  meningkatnya jumlah golput di Indonesia.

 

"Kita seolah-olah menghadapi problem laten tentang daftar pemilih. Ini sebenarnya mengenai tingkat partisipasi publik dalam memilih dan terhambat dalam tahapan administratif. Ketika mereka tidak terdaftar, mereka jarang sekali mengurus haknya. Mungkin hanya beberapa orang yang mau mengurus sendiri dan itu pun sedikit sekali," kata Ferry kepada Media Indonesia, Jumat (4/10).

 

Menurut Ferry, untuk menghitung jumlah persis golput, tidak bisa hanya berdasarkan administrasi. KPU sebagai penyelenggara harus bisa melihat secara tajam penyebab rendahnya partisipasi pemilih. Mekanisme untuk menggapai apresiasi dari pemilih sangatlah rumit. Sistem administrasi masih lemah, padahal seharusnya hak politik tiap pemilih diapresiasi dengan baik dan benar.

 

“Sosialisasi untuk membangun kesadaran pemilih sangat lemah. Administrasi pemilih juga tidak tersusun dengan baik. Seharusnya KPU mempermudah pemilih. Misalnya soal sistem undangan menggunakan hak pilih. Pemilih dikirimi undangan. Seolah-olah kalau undangan tidak sampai, pemilih merasa tidak berhak memilih. Ini masalah krusial. Harusnya, setiap orang yang sudah berumur 17 tahun atau sudah menikah bisa menggunakan hak pilihnya. Sistem itu memastikan agar masyarakat tidak ragu-ragu,” ujarnya.

 

Selain itu, faktor yang menjadi penyebab rendahnya tingkat partisipasi masyarakat pada pemilu adalah faktor politik. Apakah  menjadi golput karena alasan politik atau hanya enggan memilih.

 

“Kebanyakan yang memilih itu selain pengurus partai, ya calegnya yang mengurus (pemilih). Tetapi kebanyakan disebabkan karena enggan dan tidak terlalu care terhadap pemilu. Selain itu, ada kemungkinan tidak percaya pada partai politik dan caleg-calegnya. Ada juga orang menjadi golput karena tidak suka politik dan menganggap tidak ada pengaruh apapun bagi dirinya,’’ imbuhnya.

 

Partai NasDem mengimbau agar setiap partai politik peserta Pemilu 2014 , mengintrospeksi diri untuk meningkatkan  kepercayaan masyarakat. Menurut Ferry, banyaknya berita mengenai tingginya tingkat korupsi yang dilakukan kader dan politisi di negara ini memberikan kesan negatif bagi partai politik.

  

“Pemilihan adalah soal trust. Semakin banyak politisi dan partai yang korup, semakin menurunkan tingkat kepercayaan publik, dan semakin banyak pula masyarakat yang tidak menggunakan hak pilih’’ kata Ferry lagi.

 

Dia menambahkan, NasDem menilai, fenomena Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, bisa menjadi satu faktor positif untuk meningkatkan jumlah partisipasi rakyat dalam menggunakan hak politiknya.  “Fenomena Jokowi  menunjukkan pengaruh figur yang berkompetisi dapat mendorong pemilih menggunakan hak pilihnya. Ini juga harus disadari partai politik, sebagai faktor kunci untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilih,” jelas Ferry lagi.*