JAKARTA, 4 Juni: Berbagai anomali di bidang ekomomi, energi dan pertanian, Senin (2 Juni) malam, mendapat sorotan tajam para caleg Partai NasDem dalam pekan orientasi caleg DPR partai pembawa restorasi di Hotel Mercure, Jakarta.
Para caleg berebut bertanya setelah anggota Dewan Pertimbangan Partai NasDem Prof Dr Soleh Solahuddin, anggota Dewan Pakar Prof Elwin Tobing, dan Ketua DPP Bidang Energi, SDA dan Lingkungan Hidup Dr Kurtubi memberikan pembekalan.
Mengutip pidato Bung Karno bahwa pangan adalah hidup matinya bangsa Indonesia, Soleh Solahudin mengungkapkan, dunia pertanian di negeri semakin termarginalkan. Tanah terlantar, katanya, jumlahnya terus meningkat, kini mencapai 12,4 juta hektare. Lahan pertanian juga terus berkurang.
Diungkapkan, dibandingkan Vietnam dan Thailand, produksi beras Indonesia memang jauh lebih tinggi, namun tingkat konsumsi masyarakat Indonesia akan beras juga tinggi, yaitu 139 kg per orang per tahun, sehingga negeri ini terpaksa impor beras. Fakta seperti inilah yang disebut Soleh sebagai anomali atau paradoks. "Indonesia adalah negra agraris yang tidak agraris," kata Soleh mengutip pidato Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh yang pernah diungkapkan di Jakarta, Maret lalu.
Menurut Soleh, harga sejumlah komoditas pertanian juga aneh, sebab serba mahal, terutama yang diimpor dari negara lain, seperti bawang putih dan daging sapi. Hal itu terjadi, sebab pemerintah dikuasai segelintir importir yang punya pengaruh sangat tinggi, sehingga mampu menguasai penguasa. Jika pemerintah tidak dikuasai kartel, harga daging sapi paling tinggi Rp 50.000, tidak Rp 90.000 seperti sekarang.
Permainan para kartel, kata Soleh, benar-benar terjadi di dunia pertanian di Indonesia. Kasus daging impor adalah salah satu wujud permainan kartel tadi, dan ini hanya sebagian kecil. Kalau saja KPK mau membongkar semua, kata Soleh, "sangat mungkin akan muncul Fathanah-Fathanah lain." Dia mengungkapkan, komoditas pertanian sekarang ini dipolitisasi dan dijadikan objek oleh orang-orang politik partai tertentu yang kadernya banyak berperan di Kementerian Pertanian.
Anomali lain yang disebut Soleh adalah persoalan-persoalan pertanian kerap diselesaikan di luar bidang yang seharusnya mengurusi pertanian. Menurut Soleh, hanya 20-30 persen masalah pertanian yang diselesaikan di Kementerian Pertanian, sedangkan selebihnya di luar kementerian itu.
Maka beralasan jika Elwin Tobing pada acara pembekalan caleg tersebut mengatakan, ekonomi Indonesia sampai sekarang tidak jelas arahnya mau ke mana. "Partai NasDem ke depan harus mampu mengarahkan ekonomi Indonesia mau ke mana," katanya.
Jika arah ekonomi Indonesia ke depan lebih fokus, menurut Elwin, Partai NasDem harus mampu menitikberatkan pada tiga bidang, yaitu pertanian yang spesifik, pendidikan yang juga spesifik, dan energi. Kurtubi mengatakan, perut bumi Indonesia sangat kaya, karena mengandung banyak sumber daya alam, terutama gas dan tambang. Cadangan migas kita, katanya, kalau dirupiahkan mencapai Rp 56.000 triliun, belum termasuk cadangan emas, perak dan tembaga.
"Jika faktanya masyarakat kita banyak yang miskin, itu berarti ada anomali di negeri ini," kata Kurtubi seraya menegaskan, jika kelak Partai NasDem memenangi pemilu, partai ini harus berupaya bagaimana agar UU Migas yang selama ini pro asing disempurnakan atau diganti.
Kurtubi mengatakan tidak setuju jika harga BBM dinaikkan sekarang, sebab akan dipakai sebagai alat politik oleh partai politik tertentu untuk memenangkan Pemilu 2014 dengan program bantuan langsung tunai. Tapi jika infrastruktur pengalihan penggunaan BBM ke gas sudah siap, Kurtubi setuju jika harga BBM dinaikkan. "Jangan menaikkan BBM sebelum energi alternatif bahan bakar lainnya siap. Rakyat harus diberikan pilihan," katanya.
Read More +