‘IBU’ Persembahan Teater Koma ke 131
Teater Koma naik panggung lagi. Pementasan kali ini adalah pagelaran yang ke 131 dengan mengangkat lakon ’IBU’. Pementasannya sendiri dilakukan di Graha Bhakti Budaya, TIM, Cikini, mulai tanggal 1 hingga 17 November 2013. Naskah ’IBU’ merupakan saduran Teater Koma dari drama berjudul ’Mutter Courage und ihre Kinder’ karya sastrawan Jerman, Bertolt Brecht.
Sutradara Nano Riantiarno melihat tema manusia yang diusung dalam lakon ini dapat saja terjadi di mana-mana, meski aslinya berlatar Eropa pada tahun 1600an.
Seperti yang disampaikan tokoh Sersan Matahari Hitam (Alex Fatahillah), perang berguna untuk mengatasi dekadensi yang terjadi akibat masa damai. Masa damai, menurut sang Sersan, bila berlangsung terlalu lama bisa membuat ’sakit jiwa’.
"Tidak ada pemerintahan tanpa peperangan. Manipulasi berwujud apapun itu namanya perang. Jangan sampai stop perang. Rugi. Kalau perlu, bikin perkara supaya perang tambah semarak," kata sang Sersan dalam pertunjukan yang diadakan Kamis (31/10) malam di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM).
"Apa yg terjadi di "Ibu" adalah sesuatu yang terjadi di sini. Bicara menguasai daerah lain pasti ada hubunganya dengan kekuasaan, politik, ekonomi," kata Nano Riantiarno.
Perang menjadi kehidupan sehari-hari Ibu Brani. Ia tidak peduli harus memihak kepada siapa, kelompok Hitam ataupun Putih. Peluang meraup keuntungan dimanfaatkannya sebisa mungkin.
"Aku tidak punya beban untuk bilang aku memihak pemenang," kata Ibu Brani.
"Menang atau kalah tetap butuh sesuatu yang mahal untuk kaum lemah seperti kita."
Ketidakberpihakan Ibu Brani ditunjukkan dengan bendera yang dipasangnya di gerobak. Ketika berada di wilayah Matahari Hitam, bendera itu lah yang ia kibarkan. Saat Matahari Putih datang menggempur tentara Hitam, ia pun segera mengganti benderanya.
Ibu Brani juga turut menyoroti keadaan di sekitarnya saat itu, korupsi.
"Korupsi dalam manusia adalah sama dengan kasih sayang Tuhan. Dan korupsi itulah satu-satunya harapan kita sekarang. Selama kita punya harapan, akan selalu ada hukuman yang ringan," katanya dengan lantang.
Kisah Cerita
Suatu hari di sebuah negeri, seorang ibu bernama Ibu Brani (Sari Madjid) dengan lantang menghadapi Juru Rekrut dan Sersan Resimen Matahari Hitam.
Negerinya sedang dilanda perang antara Resimen Matahari Hitam dan Resimen Matahari Putih. Ibu Brani, tanpa rasa takut sedikit pun, menolak menunjukkan surat-surat saat melewati penjagaan tentara Resimen Matahari Hitam.
"Mungkin aku dipanggil 'Brani' karena takut bangkrut," kata Ibu Brani yang sebenanya memiliki nama bernama Anna Pirling itu.
Ibu Brani berkeliling dengan gerobaknya menjajakan dagangan, mulai dari pakaian hingga perlengkapan perang. Gerobak "Kantin Ibu Brani" berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Ditemani ke tiga anaknya, Elip, Fejos, dan Katrin, Ibu Brani menembus kehancuran akibat perang yang ada di sekitarnya. Ia tidak peduli lagi, selama mereka masih bisa meraih keuntungan.
Ibu Brani sangat ulet menawarkan dagangannya. Saat Domba si Koki (Supartono JW) mengeluh burung yang dijualnya terlalu mahal, Ibu Brani melihat peluang kedatangan Jendral Hitam (Budi G. Suryadi) yang meminta segera hidangan jamuan makan, sehingga mau tak mau Koki pun membeli dagangannya.
Kehidupan mereka berubah saat Elip (Rangga Riantiarno) yang berbadan besar terpikat menjadi tentara. Fejos (M. Bagya) yang lugu pun direkrut sebagai Juru Bayar Resimen Matahari Hitam.
Katrin (Ina Kaka) yang bisu kini yang menemani Ibu Brani berjualan di tengah perang. Ibu Brani bertekad tidak akan mengizinkan Katrin menikah dengan tentara.
"Kalau mereka lihat muka mulus, pelacur di dunia akan bertambah satu," kata Ibu Brani sewaktu mengotori wajah Katrin agar tentara tidak terpikat.
Ibu Brani tidak ingin putrinya itu bernasib seperti Ipit Poter (Daisy Lantang) si pelacur. Niat meraup untung dari perang tidak berjalan mulus. Ibu Brani dan gerobaknya tertatih, meraih ambisi atau menjadi korban perang. (sumber : antaranews – diks)
Baca Juga
-
Friday, 15 November 2024Dekan FH Unhas Prof Dr Aswanto Buka Kartu
-
Friday, 15 November 2024Perpustakaan Mini Menjadi Tren di Amerika dan Dunia
-
Friday, 15 November 2024Catatan Sekolah John Lennon Dilelang
-
Tuesday, 12 November 2024Inspeksi Mendadak ala Caleg NasDem
-
Wednesday, 6 November 2024Giliran Caleg NasDem Blusukan ke Sepatan Tangerang
-
Tuesday, 5 November 2024Caleg NasDem Banten Peringati 1 Muharam Bersama Ratusan Warga
-
Thursday, 31 October 2024Giliran Caleg NasDem Blusukan ke Teluknaga
-
Tuesday, 29 October 2024NONNY CHIRILDA AWARD 2013 ‘KEMBALI KE BUMI KHATULISTIWA’
-
Friday, 25 October 2024Menhut Kenalkan Hutan pada Anak-Anak Lewat Buku
-
Thursday, 24 October 2024Kemenristek: Remote Sensing, Solusi Permasalahan Global