Thursday 24 October 2024

Kemenristek: Remote Sensing, Solusi Permasalahan Global

Teknologi ini memanfaatkan gelombang elektromagnetik untuk memberikan informasi berkaitan dengan objek-objek yang direkamnya.

Awalnya teknologi ini berkembang untuk kepentingan militer, namun akhirnya dimanfaatkan sipil untuk menggantikan teknologi terrestrial dan foto udara dengan wahana sederhana yang telah berkembang sebelumnya.

Setelah sukses menggelar Asian Conference On Remote Sensing (ACRS) yang ke-7 pada 26 tahun silam, tahun ini Indonesia kembali dipercaya menjadi tuan rumah Asian Conference On Remote Sensing (ACRS) ke 34 yang diselenggarakan di Discovery Kartika Plaza Hotel – Bali, pada tanggal 21 hingga 24 Oktober 2013. Pertemuan ACRS ini diselenggerakan tiap tahunnya dengan semangat meningkatkan kerjasama, kebersamaan dan persaudaraan antar pemangku kepentingan teknologi penginderaan jauh di kawasan Asia.

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta yang membuka pertemuan tersebut mengemukakan Indonesia meningkatkan kapasitas teknologi remote sensing-nya melalui upgrading sistem penerimaan dan pengolahan data satelit SPOT4/5/6, LDCM dan ALOS 2 yang mendukung kinerja dua stasiun bumi di Pare-Pare, Sulawesi Selatan dan Rumpin, Banten.

Indonesia,kata Menristek, masih menghadapi berbagai tantangan dan kendala dalam riset dan pengembangan remote sensing.

“Sebab itu, untuk mengatasi kendala tersebut, saya mendorong kolaborasi internasional di bidang remote sensing, baik aspek data maupun aplikasinya”, kata Menristek melalui release yang dikirim Humas Kemenristek kepada pers ,kemarin.

Tahun ini ACRS mengangkat tema “Bridging Sustainable Asia”, dimana para pemangku kepentingan teknologi inderaja dari berbagai negara di Asia dan dunia, negara berkembang dan negara maju, bersama sama mendiskusikan peluang dan tantangan pengembangan teknologi remote sensing dalam mengatasi berbagai permasalahan global untuk menuju kawasan Asia Pacific yang berkelanjutan.

Menurut M Hatta, riset dan inovasi harus menjadi bagian dari pengembangan bisnis. Ia berharap remote sensing dapat memainkan peran yang penting dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan daya saing bisnis, melalui pemanfaatan hasil riset remote sensing oleh para pengguna dalam hal ini pemerintah, industri dan masyarakat. Saat ini remote sensing secara luas digunakan untuk menginventarisir dan mengamati sumber daya alam, pemetaan geologi, dan tingkat perubahan lahan, misalnya lahan perkebunan, daerah bencana, pemetaan irigasi dan lain sebagainya. “Riset dan pengembangan remote sensing harus diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah, industri dan masyarakat”, cetusnya..

Pembukaan ACRS itu turut dihadiri Kepala LAPAN, Bambang S. Tedjakusuma; Kepala BIG, Asep Karsidi; Kepala BPPT, Marzan Aziz Iskandar; Staf Ahli Menristek Bidang TIK, I Wayan Budiastra; dan Staf Khusus Menristek, Gusti Nurpansyah. (Syarief Oebaidillah)