Friday 25 October 2024

Menhut Kenalkan Hutan pada Anak-Anak Lewat Buku

 


"Kampung halaman saya itu dikelilingi hutan lebat. Pohon-pohon besar merbau, damar, meranti, karet dan berbagai buah-buahan tumbuh menjulang membentuk kanopi," ujar Zulkifli saat menerima ratusan anak-anak sekolah di kantor Kementrian Kehutanan (Kemenhut) Gedung Manggalawanabakti.

Zulkifli merasa beruntung karena sejak kecil masih memiliki kesempatan untuk hidup berdampingan dengan alam. "Saat ini kehidupan modern sering membuat kita lupa tentang makna hutan. Sehari-harinya kita hidup berteman dengan internet dan komputer terutama anak-anak membuat kita lupa kalau hidup kita itu ditunjang dengan alam," tutur Zulkifli.

Keseharian yang jauh dengan hutan tersebut pula menurut Zulkifli membuat persepsi anak-anak terhadap hutan menjadi cenderung buruk. Hutan kerap dianggap tempat yang menyeramkan dan penuh binatang buas.

"Melalui buku ini Kemenhut hendak menghapus stigma terrsebut. Kami memberitahukan makna hutan kepada anak-anak melalui cerita bergambar yang menarik dan sesuai tingkat pemaman mereka, jadi kecintaan mereka terhadap alam dan hutan bisa muncul," ujar Zulkifli.

Buku berjudul 'Tidak Ada Hutan Tidak Ada Kehidupan' tersebut ditulis oleh Johanna Ernawati, menceritakan proses terbentuknya kehidupan di bumi hingga bisa stabil seperti sekarang ini. Johanna dengan apik menuliskan peranan hutan sebagai penjaga ketersediaan oksigen dan air di bumi sebagai penunjang seluruh kehidupan. Rencananya buku tersebut akan dibagikan Kemenhut secaraa cumma-cuma ke sekolah-sekolah dan perpustakaan seluruh Indonesia.

Launching buku tersebut dilakukan di Kantor Kemenhut di Gatot Subroto Jakarta Selasa (22/10) dihadiri 250 siswa-siswi perwakilan 14 sekolah dasar se-Jabodetabek. Tak hanya melaunching buku, anak-anak ikut menanaam pohon bersama Menhut di hutan kota Gedung Manggalawanabakti.

Selain itu, anak-anak juga disuguhi seminar tentang bumi dan sejarahnya dengan narasumber Direktur Cagar Budaya dan Permusiuman Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Harry Widianto, Ahli Astronomi Institut Teknologi Bandung Taufik Hidayat, dan pakar Botani Kebun Raya Bogor Sofia Rosdawati. (Soraya Bunga Larasati)