Elite Hanya Asyik di Layar Kaca
JAKARTA (19 Agustus): Meski usia Republik Indonesia sudah 68 tahun, pembangunan politik masih karut marut. Politik masih mengedepankan popularitas dan para politisi berebut hadir di layar kaca untuk mengisi berbagai momen.
''Media digunakan hanya untuk membangun citra dan berwacana tanpa isi. Politisi hanya mengukur seberapa besar jarak kualitas wajahnya terhadap kamera, bukan mengukur kualitas dirinya dengan masyarakat,'' kata Direktur Lembaga Pemilih Indonesia Boni Hargens dalam diskusi Nasionalisme di Tengah Krisis Kepemimpinan di TIM Jakarta, Minggu (18/8).
Menurut Boni, Indonesia memiliki banyak persoalan yang belum selesai. Kemiskinan, kemakmuran yang tidak merata, konflik SARA dan masalah-masalah kompleks lainnya masih ditemui di berbagai wilayah Tanah Air. Para politisi harus serius memecahkan masalah-masalah itu.
Koordinator Komite Pemilih Indonesia Jerry Sumampauw menambahkan tugas elite termasuk para capres yang bersaing pada 2014 adalah memberikan solusi konkret atas berbagai masalah yang dihadapi bangsa ini. ''Kekecewaan terhadap para capres di antaranya karena apa yang mereka sampaikan dirasa kurang edukatif. Wacana yang dikeluarkan hanya mengikuti tuntutan pasar, hanya mengikuti apa yang sedang terjadi saat ini,'' katanya.
Menurut dia, para elite politik dan capres terkesan hanya mencari simpati publik melalui berbagai agenda pencitraan. Tetapi rakyat sudah semakin jeli memilah mana tokoh yang membangun pencitraan dan mana yang benar memperhatikan rakyat.*