Profile Caleg

Drs. GUGUM GUMBIRA TIRASONJAYA

 

Drs.Gugum Gumbira adalah caleg DPR – RI Daerah Pemilihan Jawa Barat VII dengan nomor urut 7. Pria yang lahir di Bandung, 4 April 2025 ini memperisteri Euis Komariah (Alm) dan saat ini memiliki 4 (empat) orang anak. Drs. Gugum kini bertempat tinggal di jalan Kopo No 15 RT  001/001, Panjunan, Astana Anyar, Kota Bandung, Jawa Barat.

                             

Riwayat Pendidikan   :      

          1953-1959, SD, SD NEGERI PABAKI, BANDUNG

          1959-1962, SLTP, SLTP N 6, BANDUNG

          1962-1965, SLTA, SLTA PASUNDAN 1, BANDUNG

          1982-1988, S1, SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI ANGKASA, BANDUNG             

          

Riwayat Organisasi   :       

            1969-1977, DAYA MAHASISWA SUNDA, PENGURUS, JAWA BARAT

            1967-2013, JUGALA, DIREKTUR, JAWA BARAT

1999-2000, DEWAN KESENIAN JAWA BARAT, WAKIL KETUA, JAWA BARAT

2001-2003, PERSIB, MANAGER, JAWA BARAT

 

Riwayat Pekerjaan   :

1967-2003, PENSIUNAN PNS, KEPALA DINAS PENDAPATAN, KOTA BANDUNG

2005-2013, PT GALI SUGIH RAJATI, WIRASWASTA, KOTA BANDUNG                      

 

 

Karier :

Pegawai Departemen Keuangan,

Pegawai Pemda Kodya Bandung (mulai 1967),

Dosen Luar Biasa STSI Bandung,

Pemimpin kelompok kesenian Jugala,

Pengusaha studio rekaman Jugala

 

Karya Tari :

Jaipong,

Keser Bojong,

Rending Bojong,

Toka-Toka,

Sonteng,

Selat Salihara (lagu),

Bulan Sapasi (lagu)

 

Gugum Gumbira Tirasonjaya, atau yang akrab disapa Kang Gugum ini, Lahir di Bandung, Jawa Barat, 4 April 1945. Namanya mulai muncul tahun 1970, setelah ia memperkenalkan Tari Jaipong, tarian rakyat di daerah bagian Utara Jawa Barat (Subang dan Karawang). “Di tahun 1961, Presiden Soekarno mulai membatasi budaya asing termasuk musik-musik barat. Saat itu, beliau justru mendorong seniman tradisional mau menunjukkan ragam tarian etnik dari daerah-daerah di Indonesia, di tingkat internasional”, terangnya.

Dengan berbekal pengetahuan seni tradisional inilah, gerak tari Jaipong akhirnya tercipta”, kata Gugum, Namun Jaipong yang ia ciptakan adalah sebuah tarian modern, gerak dasarnya adalah gerakan yang diambil dari beberapa tari tradisional. Jaipongan ternyata banyak digemari tidak hanya dikalangan orang sunda, melainkan juga dikalangan suku bangsa lain di Indonesia, bahkan dikalangan orang asing sekalipun.

Bersama istrinya, (Almh) Euis Komariah, ia membentuk dan memimpin kelompok kesenian Dewi Pramanik dan mengadakan pertunjukan di luar negeri. Tahun 1990, ia belajar menari Ibing Keurseus, Topeng Cirebon, Topeng Banjet. Ia sendiri menciptakan beberapa macam koreografi untuk Jaipong, antara lain, Rendeng Bojong, Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Mangut, Iring-iring Daun Puring, Rawayan, Tari Kawung Anten, dll.

Dikenal juga sebagai pengusaha studio rekaman Jugala yang banyak membuat kaset rekaman Jaipongan. Banyak pula lagu yang ia ciptakan antara lain Serat Salihara (Suratmu) dan Bulan Sapasi (Bulan Sepotong). Karya tarian Jaipong dari studio Jugala bahkan pernah dimainkan di semua benua, kecuali Australia. Tahun 2010 studio Jugala telah berpentas di Belanda. Popularitas tari Jaipong di mata masyarakat dunia tidak kalah dengan tari Bali. Workshop tari Jaipong selesai pementasan selalu ramai diikuti warga setempat. “Apresiasi yang luar biasa itu sungguh membuat kami bersyukur”, ujarnya.

Melalui Jaipong, dosen luar biasa STSI Bandung ini tidak hanya ingin berbagi rasa, tetapi juga berbagi etika dan nilai-nilai moral kepada masyarakat. Saat ini, sudah ratusan karya tari Jaipong telah ia ciptakan. Tangan dinginnya telah melahirkan ribuan penari Jaipong yang gencar mengenalkan Jaipong ke seluruh penjuru dunia seperti Tati Saleh (almh), Yeti Mamat, Eli Somali dan Pepen Dedi Kurniadi.

Niat saya mencalonkan diri menjadi anggota DPR-RI, berangkat dari keprihatinan saya melihat sistem pemerintahan di Indonesia yang makin jauh dari harapan masyarakat. Berbekal semangat dan pengetahuan budaya yang saya miliki, saya berkeinginan paling tidak "membumikan" nilai-nilai kebudayaan Indonesia di tengah kancah politik nasional. Lebih dari itu, budaya jujur, adil dan bertanggungjawab dapat kembali dimasyarakatkan. Tidak hanya di kalangan pejabat, tapi secara umum di masyarakat. Dan ini sejalan dengan motto Partai NasDem yang mengedepankan semangat pembaharuan di segala bidang, dan hal ini pula yang melatarbekalangi saya memilih NasDem.