
JAKARTA (17 Juni 2013): Sosiolog Prof Dr Paulus Wirutomo mengungkapkan masyarakat Indonesia, khususnya warga Jakarta, sekarang ini ditempatkan pada wilayah yang semakin eksklusif.
"Tindakan eksklusi sosial seperti itu jauh lebih kejam daripada kemiskinan," katanya di depan para caleg Partai NasDem Provinsi DKI Jakarta yang sedang mengikuti orientasi caleg di kantor DPP Partai NasDem, Jakarta, Senin (17/6) petang.
Yang dimaksud Wirutomo sebagai eksklusi sosial adalah masyarakat yang sudah miskin semakin dipinggirkan dan tidak pernah didengar suaranya oleh penguasa (pemerintah).
Kemiskinan adalah bencana, tegas Wirutomo. Tapi mengeksklusifkan masyarakat yang sudah miskin itu jauh lebih bencana. Oleh sebab itu, katanya, membangun Jakarta harus terstruktur, sehingga dapat dirasakan masyarakat.
Dia menyayangkan, sebenarnya di DPRD DKI Jakarta banyak anggota dewan yang pintar, namun mereka tidak mampu melihat masalah yang dihadapi masyarakat dengan sudut pandang sosiologis.
Mengutip survai yang dilakukan sebuah media cetak, Wirutomo mengungkapkan, 60,8 persen masyarakat tidak puas dengan kinerja pemerintah menjaga kebhinekaan; 65,5 persen masyarakat tidak puas kepada pemerintah karena tidak bisa menjaga kerukunan.
Wirutomo mengatakan, pembangunan bukan hanya meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi, tapi meningkatkan kualitas kehidupan sosial budaya, dan nilai sosial.
Wirutomo menyatakan tidak habis pikir mengapa anggaran pendidikan yang dialokasikan 20 persen dalam APBN, tapi tidak mampu menghasilkan anak didik yang menjunjung tinggi nilai etika.
"Jakarta punya anggaran pendidikan paling besar dibandingkan daerah lain. Tapi, kasus tawuran pelajarnya ternyata juga tinggi. Lha, anggaran itu dipakai untuk apa?" ujar Wirutomo.
Dia berharap jika para caleg Partai NasDem dari DKI Jakarta kelak terpilih menjadi anggota dewan, mampu mengubah Jakarta jauh lebih baik.