Tuesday 27 August 2024

Cilacap, Pesona Wisata di Selatan Pulau Jawa



Akses menuju Cilacap dapat menggunakan kereta api hingga Purwokerto yang dilanjutkan sekitar kurang lebih 1,5 jam perjalanan darat menuju Cilacap. Seperti kebanyakan kabupaten lain di Indonesia, kondisi jalan utama yang menghubungkan Cilacap dan kabupaten lain di sekitarnya cukup mengkhawatirkan dengan banyaknya jalan yang berlubang.

Tidak mengherankan Bupati Cilacap Tatto Soeharto Pamudji meminta perhatian pemerintah pusat pada saat pembukaan Festival Nusa Kambangan dan Segara Anakan yang diselenggarakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan di penghujung bulan Agustus karena Cilacap menyimpan potensi yang cukup besar di bidang kelautan dan perikanan.

Sebagai kabupaten terluas dengan penduduk terbanyak di Jawa Tengah ini, Tatto mengatakan Cilacap memiliki hutan mangrove (bakau) terbesar. "Cilacap memiliki hutan mangrove yang luas dan merupakan paru-paru Indonesia. Namun kendala sendimentasi di sungai Segara Anakan menjadi kendala apabila tidak segera dikeruk," ujar Tatto.

Sendimentasi itu menyebabkan pulau Nusa Kambangan semakin mendekat dengan daratan di pulau Jawa khususnya wilayah Cilacap dan menyebabkan para nelayan kesulitan dalam melaut dan mencari mata pencaharian. Dianugerahi kondisi alam yang indah dan kondisi penduduk yang heterogen dan beraneka ragam, Tatto menyebut Cilacap merupakan miniatur Indonesia. "Tinggal membangun brand dan positioning yang bagus untuk membangun Cilacap," ujarnya.

Sejatinya, kabupaten yang memiliki slogan Cilacap Bercahaya ini memiliki banyak destinasi wisata potensial yang jika dikelola dengan baik dapat menjadi daya tarik turis domestik maupun mancanegara datang berkunjung. Cilacap memiliki situs peninggalan penjajahan Benteng Pendem yang dapat menjadi tujuan wisata sejarah.

Di area Benteng Pendem masih terlihat jelas dan kokoh bangunan benteng peninggalan jaman penjajahan Belandan yang kemudian diambil alih oleh Jepang pada saat Indonesia dijajah Jepang. Terdapat ruangan-ruangan yang dulunya digunakan sebagai barak tentara, tempat penyimpanan senjata, lubang pengintaian musuh, parit luas yang mengelilingi benteng, hingga penjara dan tempat penyiksaan tahanan masih terlihat jelas. Selain itu juga terdapat goa yang terhubung dengan laut yang berada di sekitar benteng tersebut.

Diberi nama Benteng Pendem karena benteng tersebut awalnya berada di bawah tanah atau terpendam tanah. Menurut penjaga benteng tersebut, pada era pemerintahan Presiden Megawati diperintahkan untuk dilakukan penggalian terhadap situs sejarah tersebut sehingga tampak bangunan kokon berupa benteng seperti yang ada sekarang.

Namun masih ada beberapa situs sejarah di area tersebut yang masih tertimbun tanah dan belum dilakukan penggalian karena membutuhkan biaya yang besar. Di sekitar area benteng hidup beberapa ekor rusa liar yang berkeliaran mengelilingi benteng.

Tidak jauh dari benteng tersebut terdapat pantai Teluk Penyu yang menjadi andalan wisata Cilacap. Dari pinggir pantai terlihat pulau Nusa Kambangan yang menjadi area penjara untuk para narapidana tersebut. Di sekitar pantai tersebut para wisatawan dapat dengan mudah menemukan tempat penjualan produk-produk kerajinan tangan hasil olahan benda-benda laut yang dirancang menjadi lampu, tirai yang menarik, gelang, asbak, patung, hiasan dinding, hingga perhiasan mutiara air tawar dengan harga relatif terjangkau mulai Rp 6.000 hingga Rp 1 juta.

Menurut salah satu pengrajin bernama Ati, barang-barang tersebut baru dipasarkan ke beberapa kota di Indonesia saja karena belum adanya pasar ekspor untuk produk kerajinan tangan tersebut.

Yang tidak kalah menarik adalah adanya wisata menyusuri hutan mangrove di sepanjang sungai Segara Anakan. Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Sjarif Widjaya, mangrove dapat dipergunakan untuk berbagai kepentingan mulai dari pucuk hingga akarnya. "Ekonomi berbasis lingkungan yang saling berkaitan akan dikembangan di Cilacap dan Segara Anakan," ujarnya pada saat festival.

Beberapa kelompok usaha tani di sana dapat mengembangkan mangrove menjadi beberapa produk pangan olahan seperti permen, sirup, dodol, krupuk, dan produk olahan lainnya.

Direktur Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil KKP Rido Batubara mengatakan pulau-pulau terluar memiliki karakteristik yang rentan dengan perubahan kondisi lingkungan dan ekonominya masih sangat bergantung dengan lingkungan. "Untuk itu KKP menyelenggarakan festival ini untuk mendorong pengembangan investasi Nusa Kambangan dan Segara Anakan sekaligus mendorong pelestarian lingkungan dan promosi sumber daya dan potensi wisata yang ada," ujar Rido.(Iqbal Musyaffa)